Saya menyukai dunia otomotif sejak masih SMA, kira-kira belasan tahun yang lalu, tepatnya sejak tahun 2004 (sudah tua juga ternyata wakakak). Hobi saya waktu itu membaca blog otomotif seperti kafemotor, langganan tabloid motorplus dan otomotif, pinjam majalah Autobild punya teman, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan otomotif.
Seperti kebanyakan anak remaja, saya pun suka mengoleksi dan memandangi gambar-gambar mobil dan motor, terutama yang berdesain sporty. Gambar-gambar itu sering saya jadikan wallpaper komputer. Favorit saya waktu itu adalah Lamborghini Murcielago dan Yamaha YZF R1.
Selain mobil-mobil super, saya juga mengikuti perkembangan mobil-mobil yang umum dijual di Indonesia. Saya selalu suka melihat ulasan komparasi mobil di masing-masing kelas. Saya juga suka melihat ulasan mobil-mobil keluaran baru. Dibanding Murcielago, mobil-mobil biasa inilah yang mungkin akan bisa saya miliki di kemudian hari.
Tapi, sejak awal menyukai dunia otomotif, saya tak pernah menyukai mobil 3 baris, terutama mobil berjenis Multi Purpose Vehicle (MPV). Alasannya simpel saja, pertama karena ukurannya yang terlalu panjang sehingga takut menyusahkan saat parkir. Kedua, karena sebagian besar modelnya yang bapak-bapak banget. Ahaha.
Lihat saja mobil-mobil kayak Toyota Kijang, Toyota Avanza, Nissan Grand Livina, atau Isuzu Panther. Mobil-mobil itu desainnya terlalu polos, kurang lekukan, terkesan jadul, kelir warnanya pun biasanya warna-warna kalem seperti hitam atau silver. Siapa yang suka coba, selain bapak-bapak? Haha.

Kebalikan dengan MPV, saya suka banget mobil-mobil berjenis hatchback atau city car. Ukurannya yang compact tentu memudahkan saat parkir. Yang lebih penting lagi, desainnya yang kece-kece itu akan lebih mengundang perhatian orang. Maklum, jiwa muda butuh pengakuan hehe.
Lihat saja mobil-mobil semacam Honda Jazz, Toyota Yaris, Suzuki Swift, atau bahkan Smart Fortwo. Mobil-mobil itu memiliki body yang mungil sehingga memudahkan kita saat parkir. Tampilannya keren banget, lekukan tubuhnya aduhai seperti gadis penghobi zumba, pilihan warnanya lebih banyak mulai dari warna kalem sampai warna yang ngejreng, dan pastinya lebih mudah untuk menggaet cewek idaman di kampus hihi.
10 tahun saya setia naik motor yang saat hujan gak kepanasan dan saat panas gak kehujanan. Lebih tepatnya sih bukan setia ya, tapi karena belum ada duit untuk beli mobil hihi. Beberapa saat setelah menikah, akhirnya saya berhasil meminang mobil pertama saya. Pilihan tentu ke mobil berjenis hatchback yang merupakan jenis mobil favorit saya.
Masih ingatkah betapa sayangnya kita dulu sama mainan masa kecil kita?? Koleksi mobil-mobilan yang beraneka ragam dan ukuran, action figure seperti Son Goku misalnya, hewan-hewanan, dan lain-lainnya. Bermain di ruang keluarga sebagai sutradara atas mainan-mainan itu dengan plot meniru alur cerita film-film action yang sering diputar di televisi. Menyenangkan sekali waktu itu, bukan?!
Pasti saat kecil dulu, kamu pernah berjanji kepada mainan-mainanmu. Berjanji untuk selalu bermain bersama atau mungkin sekedar menyimpannya dengan baik walau sudah dewasa sekalipun, seperti Andy dan Woody. Faktanya, masihkah kamu bermain bersama mainan-mainan itu? Masihkah kamu simpan? Sebagian besar pasti jawabannya “TIDAK”! Hayo jujur?! Hehe..
Saya sih jujur saja dulu pernah merasa yakin bahwa berapa pun usia saya nanti, saya akan selalu sayang dengan mainan-mainan saya. Mainan-mainan itu dulu saya simpan di tempat tersendiri. Sekarang? Jangankan memainkannya, keberadaannya pun saya tak tahu lagi, apakah masih ada di rumah orang tua atau sudah dibuang. Ternyata saya tak lagi peduli, saya berubah.
Nah, begitu pun dengan selera kita terhadap mobil dan motor. Berkaca dari cerita tentang mainan yang kita “khianati”, ternyata selera lelaki terhadap pilihan kendaraan pun bisa berubah seiring berjalan waktu.
Dulu saya heran ketika mengetahui ada sepasang suami istri (senior saya) berencana mengganti mobil hatchbacknya ke MPV karena dirasa sudah tak cukup lagi menampung barang bawaan saat bepergiaan. Saya heran, anaknya kan baru 1, memang sebanyak apa sih barang yang harus dibawa? Gak masuk di otak saya waktu itu.
Sebelumnya saya juga heran kenapa mobil berjenis MPV menjadi mobil terlaris di Indonesia. Padahal banyak mobil yang lebih murah tapi lebih bagus, tapi kenapa orang-orang pada milih MPV?
Semua terjawab ketika usia saya semakin dewasa (baca: tua). Di titik ini, saya jadi berpikir lebih jauh. Seumpama ingin liburan bersama orang tua, atau mertua, atau saudara, mobil 5 penumpang nggak akan cukup. Lalu, ground clearance mobil-mobil hatchback juga kurang mumpuni untuk melewati jalan-jalan di Indonesia yang you know lah, masih banyak yang gak layak. Jika butuh membawa barang yang banyak, mobil MPV lebih bisa diandalkan.
Saya juga akhirnya paham apa yang dirasakan senior saya itu. Setelah mempunyai anak, saya baru sadar ternyata barang bawaan bayi itu banyak banget, hahaha.. Bawa stroller saja sudah menghabiskan tempat sendiri, belum lagi pakaian dan tetek bengeknya, belum barang bawaan kita, apalagi kalau ada pengasuh bayi. Nggak akan nyaman deh kalau pakai mobil kecil.

Saat ini, mobil-mobil berjenis MPV yang biasanya membosankan itu memang sudah berubah lebih keren. Lihat saja Mitsubishi Xpander, Suzuki Ertiga Sport, dan Toyota Kijang Innova misalnya. Modelnya sudah tak kaku lagi, garis desainnya lebih agresif dan sporty.
Tapi coba lihat juga mobil-mobil hatchback atau city car jaman now. Jazz semakin terlihat keren, Toyota Yaris semakin menawan, Smart Fortwo tetap mungil dan cute, sekarang ada juga Suzuki Ignis yang terlihat sporty.
Walaupun MPV sudah lebih keren dibanding dulu, tapi hatchback juga semakin keren. Seharusnya saya makin suka dong sama hatchback or city car? Nyatanya? Umur gak bisa bohong guys.
Saya tetap suka mobil hatchback. Tapi, ketika naluri kebapakanmu sudah muncul, jenis mobil yang terlintas di benak bukan lagi mobil-mobil compact dengan desain menawan itu. Sekarang, mobil-mobil berjenis MPV lah yang diincar.
Pertimbangan utama tentu yang berhubungan dengan kenyamanan. Nyaman di sini, bukan hanya tentang shockbreaker yang empuk dan kabin yang kedap. Tetapi juga tentang hal-hal teknis yang tidak dimiliki hatchback seperti ground clearance yang tinggi untuk melibas berbagai medan, daya tampung lebih banyak, bagasi yang lebih luas, dan lain sebagainya. Pertimbangan berikutnya adalah harga, lalu desainnya. Setelah dikombinasikan, maka MPV adalah pilihan paling value for money.
Dalam mencari pasangan, saat muda dulu yang menjadi prioritas adalah paras/fisik. Ketika sudah dewasa, tak hanya fisik yang dilihat, tapi lebih penting lagi adalah kenyamanan. Begitu pun dalam memilih mobil. Ketika kita semakin dewasa, pertimbangan model menjadi nomor kesekian setelah unsur kenyamanan terpenuhi. Pada akhirnya, selera mobil pilihan kita akan seperti selera bapak-bapak juga.
Tabik.
Bapak saya justru paling males kalau ditebengin mertuanya, ga tau deh kenapa, itu akhirnya dulu di keluarga selalu pakai sedan, tapi ya justru pas muda seleraku cenderung aneh, lebih suka sedan flagship macam Honda Accord, Toyota Camry, BMW Seri 5/7 atau Mercedes E/S Class yang mana saya ga akan pernah kebeli dan kalaupun kebeli juga ga bakal pake supir, secara mobil2 tersebut kan passenger oriented, bukan driver oriented.
LikeLike